Fungsi kelenjar endokrin secara umum yaitu :
* Menghasilkan hormone yang dialirkan ke dalam darah yang diperlukan oleh jaringan dalam tubuh tertentu
* Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh
* Merangsang aktivitas kelenjar tubuh
* Merangsang pertumbuhan jaringan
* Mengatur metabolisme, oksidasi , meningkatkan absorpsi glukosa pada usus halus
* Mempengaruhi metabolisme lemak, protein , hidratarang, vitamin, mineral dan air.
Dilihat dari aktivitasnya, kelenjar endokrin dapat dibedakan menjadi :
1. kelenjar yang bekerja sepanjang hayat, misalnya hormon yang memegang peranan pada proses metabolisme
2. kelenjar yang bekerjanya mulai saat tertentu, misalnya hormon kelamin
3. kelenjar yang bekerja hanya sampai saat tertentu saja, misalnya kelenjar timus
Dilihat dari aspek dan macam lokasinya, kelenjar endokrin dapat dibedakan menjadi :
FISIOLOGI KELENJAR HIPOFISIS
Kelenjar hipofisis merupakan
kelenjar yang paling banyak menghasilkan hormone. Kelenjar hipofisis
disebut master gland ( kelenjar induk / kelenjar ibu), karena kelenjar
Hipofisis ini terletak pada lekukan tulang selatursika di bagian tulang
baji dan menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan
kelenjar lainnya. Kelenjar hipofisis ini merupakan pembantu hipotalamus,
hipofisis menyampaikan informasi tentang keadaan tubuh ke hipotalamus.
Kemudian hipofisis juga menyampaikan keputusan yang telah diambil
hipotalamus kepada seluruh tubuh. Misalnya, ketika terjadi penurunan
tekanan darah, informasi dikirimkan, dan mengabari hipotalamus tentang
perubahan tekanan ini, lalu hipotalamus memutuskan tindakan-tindakan
yang harus dilakukan untuk menaikkannya
Kelenjar hipofisis menghasilkan
beberapa jenis hormone yang mengendalikan organ-organ lain. Fungsi
kelenjar hipofisis diatur oleh susunan saraf melalui hipotalamus.
Pengaturan dilakukan oleh sejumlah hormon yang dihasilkan oleh
hipotalamus akibat rangsangan susunan saraf pusat. Hormon yang mengatur
fungsi hiposisis dihasilkan oleh sel-sel neuro sekretoris yang terdapat
didalam hipotalamus, sedangkan pengaturan hipofisis oleh susunan saraf
pusat dilakukan melalui mekanisme humoral melalui pembuluh darah.
Bagian-bagian kelenjar hipofisis :
1. Kelenjar Hipofisis anterior ( adeno hipofisis)
Kelenjar hipofisis anterior mengandung banyak jenis sel sekretorik.
Hormon
yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior berperan utama dalam
pengaturan fungsi metabolisme di seluruh tubuh. Hormon-hormon yang
dihasilkan diantaranya yaitu:
a) Hormon Pertumbuhan(hormon somatotropin)
Fungsi Hormon Pertumbuhan yaitu :
* menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan tubuh , dan menambah ukuran sel
* Meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sel
* Meningkatkan kecepatan sintesis protein diseluruh tubuh
* Meningkatkan metabolisme asam lemak dari jaringan adiposa
* Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa didalam tubuh.
Dalam waktu beberapa menit
kecepatan sekresi hormon pertumbuhan akan meningkat dan menurun terutama
yang berkaitan dengan stress dan keadaan nutrisi , (misalnya ,
kelaparan dan hipoglikemi, ketegangan, dan trauma ). Kadar hormon akan
meningkat jika seseorang dalam keadaan berolahraga . Pengaturan sekresi
hormon pertumbuhan dilakukan dengan keseimbangan dan lebih banyak
disekresi oleh hipotalamus.
b) Hormon Kortikotropika atau Cotikotropik Releasing Factror (CRF)
Hormon
ini merupakan polipeptida dengan berat molekul 1000-1500, yang
didapatkan pada serebrum, serebelum dan talamus. Pada keadaan stres ,
konsentrasi CRF dalam hipotalamus menurun dan pemberian kortison
menyebabkan CRF terhadap reaksi adeno cortiko tropicx hormone (ACTH)
oleh hipofisis terlambat dan mengatur sekresi beberapa hormon
adrenokortikal, yang selanjutnya akan mempengaruhi metabolisme glukosa,
protein dan lemak.
c) Hormon Tirotropin atau Thirotropin Releasing Factror (TRF)
Berfungsi
untuk merangsang sekresi TRH dan merupakan mekanisme untuk dapat
menghasilkan hormon dengan melakukan sintesis protein. Hormon
somatotropin juga dapat menghambat kerja TRF. Akibat hambatan ini,
Triroid Stimulating Hormone ( TSH ) tidak dapat disekresikan. Efek TRF
terhadap perilaku ini diperkirakan akan mempengaruhi sel-sel saraf
terhadap sintesis serta penguraian zat yang dihasilkan oleh saraf itu.
d) Hormon Gonadotropin atau Gonadotropin Releasing Factor (GnRF)
Hormon
ini mempunyai daya kerja yaitu merangsang sekresi Folikel Stimuling
Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormone ( LH ) agar mampu menghasilkan
hormon gonad ( estrogen dan progesteron) . Pada seorang wanita,
pemberian progesteron dalam jangka pendek mempunyai efek menurunkan
respons hormon gonadotropin terhadap rangsangan GnRF dan bila diberikan
dalam jangka panjang akan meningkatkan rangsangan GnRF . Bila estrogen
diberikan pada laki-laki akan terlihat gejala-gejala respons
gonadotropin terhadap GnRF menurun, sebaliknya jika testoteron yang
diberikan akan menghambat respons gonadotropin terhadap GnRF .
* Lutein Hormone : sel-selnya
berbentuk angular dan terdapat diseluroh hipofisis , mengandung
sekretori granules dan hormon stimulating untuk merangsang perkembangan
folikel de Graf dalam ovarium dan membentuk spermatozoa pada testis
untuk merangsang gametosis laki-laki.
* Folikel Stimulating Hormon :
mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium ,
mempengaruhi luteinisial pada wanita dan pada laki-laki disebut sebagai
Interstisial Cel Stimulating Hormon ( ICSH) yang mempengaruhi produksi
testoteron dalam testis.
* Prolaktin hormon : mempertahankan laktasi dengan mempengaruhi langsung pada kelenjar-kelenjar susu.
* Melanosit stimulating hormon : mempengaruhi melanosit dalam kulit.
2. Kelenjar Hipofisis Posterior (neurohipofisis)
Sel
– sel pada kelenjar ini disebut dengan pituisit yang bekerja sebagai
struktur penunjang bagi ujung-ujung saraf. Hormon ini disintesis dalam
badan sel, selanjutnya bergabung dengan protein pembawa untuk mencapai
kelenjar yang membutuhkan . Hormon yang dihasilkan pada Hipofisis
posterior adalah
· Hormon anti diuretik (ADH) :
Dibentuk dalam nukleus
supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah
meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air
yang disimpan dalam tubuh dan mempengaruhi difusi bebas air dari tubulus
cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
o Pengaturan produksi ADH
Bila cairan ekstraseluler pekat ,
maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor
sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam
hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan . Sebaliknya, bila cairan
ekstraseluler terlalu ancer , maka air bergerak melalui osmosis dengan
arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal
saraf untuk menurunkan sekresi ADH.
Salah satu rangsangan yang
menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan volume darah.
Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun 15-25% dengan
kecepatan sekresi meningkat 50x dari keadaan normal. Peranan penting
dalam proses pembentukan laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman
air susu dari alvioli ke duktus sehingga dapat dihisap oleh bayi.
· Oksitosin
Membantu menyalurkan air susu
dari kelenjar payudara ke putting susu selama pengisapan dan mungkin
membantu melahirkan bayi pada saat akhir masa kehamilan.
3. Kelenjar Hipofisis Intermediet
Daerah kecil diantara hipofisis
anterior dan posterior yang relative avaskular, pada manusia hampir
tidak ada sedangkan pada beberapa jenis binatang rendah ukurannya jauh
lebih berfungsi.
Hormon yang dihasilkan intermediet hipofisis
Mekanisme Kerja ACTH (kortikotropin)
Tahapan dari mekanisme kerja ACTH (kortikotropin) adalah :
1.
ACTH adalah produk dari proses pasca translasi prekursor polipeptida
Pro-Opiomelanokortin, Organ target ACTH adalah korteks adrenal tempat
kortikotropin terikat.
2. Setelah di korteks adrenal, ACTH akan memacu perubahan Kolesterol menjadi pregnolon.
3. Kemudian dari pregnolon dihasilkanlah adrenokortikosteroid dan androgen adrenal.
4. Dimana fungsi kortisol adalah
kerja antiinflamasi, meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan
penghancuran protein, Mobilitas lemak, Mobilitas protein, Stabilisasi
lisosom
Hubungan Hipofisis dan Hipotalamus
* Sistem portal hipotalamus dan hipofisis
1. suplai darah ke lobus
posterior ( neurohipofisis ) terjadi melalui dua arteri hipofisis
interior, yang merupakan cabang arteri karotis internal, kemudian
memasuki lobus posterior dan membentuk jaring-jaring kapilar. Aliran
vena mengalir melalui vena hipofisis kedalam sinus dural.
2. suplai darah ke lobus
anterior adalah tidak langsung. Arteri hipofisis superior (cabang arteri
karotis internal) memasuki bagian tengah tonjolan hipotalamus dan
batang infundibulum sehingga membentuk jaring-jaring kapilar pertama.
3. jaring kapilar pertama
dialiri vena potal hipofisis , yang menjadi awal jaring kapilar kedua di
bagian bawah lobus anterior
4. sistem portal
hipotalamus dan hipofisis mengacu pada kedua jaring kapilar diatas (
satu di hipotalamus dan satu lagi dalam adenohipofisis ) dan vena yang
terletak diantara keduanya. Melalui sistem ini, hormon yang diproduksi
di hipotalamus langsung dibawa ke adenohipofisis tanpa memasuki
sirkulasi darah besar.
Pengaturan Sekresi Hipofisis oleh Hipotalamus
Sekresi hipofisis posterior
diatur oleh serabut saraf yang berasal pada hipotalamus dan berakhir
pada hipofisis posterior . Sebaliknya sekresi hipofisis anterior diatur
oleh hormon yang dinamakan “ releasing” dan “ inhibitory hormones” yang
di sekresi oleh hipotalamus sendiri dan kemudian dihantarkan ke
hipofisis anterior melalui pembuluh darah kecil yang dinamakan portal
hipotalamik-hipofisial. Pada hipofisis anterior releasing dan inhibitory
ini bekerja pada sel kelenjar untuk mengatur sekresinya.
Hipotalamus merupakan pusat
himpunan informasi dan selanjutnya sebagian besar informasi ini
digunakan untuk mengatur sekresi kelenjar hipofisis.
Contohnya : bila seseorang
menderita nyeri , sebagian isyarat nyeri dihantarkan ke hipotalamus. Hal
yang sama , bila seseorang mengalami pikiran yang sangat menekan atau
merangsang, sebagian isyarat dihantarkan ke hipotalamus. Kemudian pada ,
rangsang penciuman yang menyatakan bau yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan, menghantarkan komponen isyarat yang kuat melalui nuklei
amigdala ke hipotalamus.
Hubungan Hipofisis anterior dengan Hipotalamus
1. Sekresi hormon pelepas hipothalamus dan hormon penghambat ke eminensia mediana.
Neuron-neuron
khusus di dalam hypothalamus mensintesis dan mensekresi hormone pelepas
hypothalamus dan hormone penghambat yang mengatur sekresi hormone
hipofisis anterior. Neuron –neuron ini berasal dari berbagai bagian
hypothalamus dan mengirimkan serat – serat sarafnya menuju ke eminensia
mediana dan tuber sinerum (jaringan hypothalamus yang menyebar menuju
tangkai hipofisis). Bagian ujung serat – serat saraf ini berbeda dengan
ujung- ujung serat saraf umum yang ada di dalam sistem saraf pusat.
Dimana fungsi serat ini tidak menghantarkan sinyal – sinyal yang berasal
dari neuron ke neuron yang melainkan hanya mensekresi hormone pelepas
dan hormone penghambat hypothalamus saja ke dalam cairan jaringan.
Hormon-hormon ini segera diabsorbsi ke dalam kapiler sistem porta
hypothalamus dan hipofisis dan langsung diangkut ke kelenjar hipofisis
anterior.
2. Fungsi hormon pelepas dan hormon penghambat dalam hipofisis anterior.
Hormone
–hormon pelepas dan hormone – hormone penghambat berfungsi mengatur
sekresi hormone hipofisis anterior. Hormone – hormone pelepas dan
penghambat hypothalamus yang terpenting adalah :
• TRH : hormone pelepas tiroid yang menyebabkab pelepasan hormone perangsang tiroid.
• Hormone pelepas kortikotropin(CRH) : menyebabkan pelepasan adenokortikotropin.
•
Hormone pelepas hormone pertumbuhan (GHRH) : menyebabkan pelepasan
hormone pertumbuhan dan hormone penghambat hormone pertumbuhan (GHIH)
yang mirip dengan hormone somatostatin dan menghambat pelepasan hormone
pertumbuhan.
• Hormone pelepas
gonadotropin(GnRH) : menyebabkan pelepasan dari dua hormone
gonadotropik, hormone lutein dan hormone perangsang folikel.
• Hormone penghambat prolaktin (PIH) : menghambat sekresi prolaktin.
3. Daerah –daerah spesifik dalam hipothalamus yang mengatur sekresi faktor pelepas dan faktor penghambat hipothalamus
Sebelum
diangkut ke kelenjar hipofisis anterior , semua hormone hypothalamus
disekresi ke ujung serat saraf yang terletak di dalam eminensia mediana.
Perangsangan listrik pada daerah ini merangsang ujung- ujung saraf,
oleh karena itu pada dasarnya menyebabkan pelepasan semua hormone
hypothalamus. Akan tetapi badan sel neuron yang menyebar ke eminensia
mediana ini terletak pada daerah yang berdekatan dengan bagian basal
otak.
4. Hubungan Saraf
Lobus
anterior tidak memiliki hubungan syaraf langsung dengan hipotalamus.
Hormon hipofisis anterior juga dilepas berdasarkan sinyal dari
hipotalamus, tetapi melalui hubungan vaskular.
Hubungan Hipofisis Posterior dengan Hipotalamus
Kelenjar hipofisis posterior
juga dinamakan neurohipofisis terutama terdiri atas sel – sel seperti
sel glia yang dinamakan pitulsit. Pitulsit tidak menyekresi hormon ,
mereka bekerja sebagai struktur penyokong untuk serabut saraf terminal
yang jumlahnya banyak dan ujung-ujung saraf terminal dari traktus saraf
yang berasal dari nuklei supraoptikus dan paraventrikum hipotalamus .
Ujung-ujung saraf merupakan tombol bulosa yang terletak pada permukaan
kapiler, tempat mereka menyekresi hormon hipofisis posterior yaitu
hormon ADH dan hormon oksitosin . ADH dibentuk pada nuklei supraoptikus ,
sedangkan oksitosin dibentuk pada nuklei paraventrikularis. Dalam
keadaan istirahat , sejumlah ADH dan oksitosin terkumpul pada
ujung-ujung saraf kelenjar hipofisis posterior . Kemudian bila impuls
saraf dihantarkan kebawah sepanjang serabut – serabut dari nuklei
supraoptikus dan paraventrkulus , hormon segera dikeluarkan dari
ujung-ujung saraf dan diabsorpsi masuk ke kapiler yang berdekatan.
*Hubungan saraf
1. lobus posterior
diinervasi langsung oleh neuron nukleus supraoptik dan nukleus
paraventrikular dalam hipotalamus. Aksonnya memanjang menuruni batang
infundibulum sebagai traktus saraf hipofisis dan hipotalamus untuk masuk
ke neuron hipofisis
KELENJAR PARATIROID (parathyroid gland)
Kelenjar paratiroid menempel
pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid oleh
karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah.Bentuknya oval,
berwarna kuning kecoklatan.Panjang ± 5mm dan tebal 2 mm.Kendati letaknya
dekat dengan kelenjar tiroid,lokasi ini sangat bervariasi tergantung
pertumbuhannya secara embriologis. Masing-masing melekat pada bagian
belakang kelenjar tiroid, kelenjar ini menghasilkan hormon yang
berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam tubuh
Kelenjar paratiroid tersusun
oleh 3 macam sel,yaitu : chief cells,clear cells,dan oxyphil cells.Chief
cells bertanggung jawab pada sintesis dan sekresi hormone paratiroid
atau parathormon (HPT).Di dalam keadaan aktif,retikulum endoplasmic
sel-sel tersebut terlihat jelas dengan apparatus golgi yang padat,tempat
pembuatan HTP dan siap untuk disekresikan.Clear cells kemungkinan juga
chief cells yang berisikan glikogen yang tinggi.Oxyphil cells hanya
Nampak dalam kelenjar paratiroid setelah pubertas dan jumlahnya
bertambah pada pertambahan umur.Kelenjar paratiroid normal dewasa
berisikan lemak.
Kadar kalsium ion darah yang
rendah merangasang sekresi HPT,dan yang tinggi menekan sekresi HPT.Untuk
perangsangan ataupun penekanan sekresi HPT,perubahan kadar kalsium ion
darah sedikit saja sudah sangat mempengaruhi.
Bentuk Kelenjar Paratiroid
Kelenjar
paratiroid kecil, kuning kecoklatan oval, biasanya terletak antara
garis lobus posterior dari kelenjar tiroid dan kapsulnya. Ukurannya
kira2 6x3x2 mm. Beratnya 50 mg. Biasanya 2 pada tiap sisi, superior dan
inferior. Normalnya paratiroid posterior bergeser hanya pada kutub
paratiroid posterior, tapi bisa juga turun bersama timus ke thorax atau
pada bifurcation karotis. Kelenjar paratiroid superior letaknya lebih
konstan daripada inferior dan biasanya terlihat di tengah garis
posterior kelenjar tiroid walaupun bisa lebih tinggi. Bagian inferior
sangat bervariasi pada beberapa situasi (tergantung perkembangan
embriologisnya) dan bias tanpa selubung fascia tiroid, di bawah arteri
tiroid, atau pada kelenjar tiroid dekat kutub inferior.
EFEK HORMON PARATIROID
Ion
kalsium dan fosfat darah menggambarkan keseimbangan keluar masuknya
ion-ion tersebut di tulang,traktus gastrointestinal,dan filtrasi di
ginjal.Keseimbangan ion-ion tersebut diatur oleh HPT dan vitamin D3.Jika
kalsium darah rendah,akan merangsang sekresi HPT dengan cepat dan
terjadi kenaikan reabsorpsi kalsium di tubulus distalis ginjal dan loop
henle asendens.HPT juga merangsang pembongkaran kalsium dari simpanannya
di tulang.Kedua hal menyebabkan kearah kalsium darah menjadi normal.
HPT bekerja pada tulang dengan
cara dua tingkat,yaitu: tingkat pertama memobilisasi kalsium dan fosfat
secara cepat,daerah yang ada hubungan langsung dengan cairan
ekstrasel.Tingkat kedua,memobilisasi kalsium sebagai akibat pembongkaran
matriks tulang dan kemudian perubahan pembentukan tulang.Kerja utama
HPT pada tulang,adalah menaikkan aktiitas osteoklas dan kemudian
absorpsi tulang.Selanjutnya HPT merangsang pembentukan dan pembongkaran
berjalan.
Saat kadar kalsium menurun,
hormon paratiroid memastikan bahwa kalsium diambil dari tulang-tulang,
kalsium di urin diserap kembali, dan kalsium yang ada dalam makanan
diserap. Saat kadar kalsium di dalam darah terlalu tinggi, kalsitonin
memastikan bahwa kalsium di dalam tulang dipertahankan dan tulang
mempercepat penyerapan kalsium.
Fungsi umum kelenjar paratiroid adalah:
1. mengatur metabolisme fosfor
2. mengatur kadar kalsium darah
3. mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat oleh ginjal,mempunyai efek terhadap reabsoprsi tubuler dari kalsium dan sekresi fosfor
4. mempercepat absorpsi kalium di intestinal
5. jika pemasukan kalsium berkurang,hormone paratiroid menstimulir reabsorpsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah
6. dapat menstimulir transport kalsium dan fosfat melalui membrane dari mitokondria.
KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid, yang terletak
tepat di bawah laring sebelah kanan dan kiri depan trakea, menyekresi
tiroksin dan triyodotironin yang mempertahankan tingkat metabolisme di
berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon
tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh, membantu
mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk
pertumbuhan dan pematangan normal.
Kelenjar ini juga menyekresi
kalsitonin, suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsium. Tidak
adanya sekresi tiroid sama sekali biasanya menyebabkan laju metabolisme
turun sekitar 40 persen di bawah normal, akibatnya perlambatan
perkembanga mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin,
serta pada anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfism).
Sebaliknya, sekresi tiroksin yang berlebihan sekali dapat menyebabkan
laju metabolisme basal meningkat setinggi 60 sampai 100 persen di atas
normal, akibatnya badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan
kelebihan pembentukan panas.
Sekresi tiroid diatur oleh
hormon perangsang tiroid (thyroid-stimulating hormon hormone = TSH =
tirotropin) yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid
Kimia
Hormon
utama yang disekresi oleh tiroid adalah tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Kedua hormon adalah asam-asam amino yang mengandung
iodium. Sejumlah kecil cadangan triiodotironin, monoiodotirosin, dan
senyawa-senyawa lain juga ditemukan dalam darah vena tiroid. T3 lebih
aktif daripada T4.
Tiroglobulin
T4
dan T3 disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi
molekul-molekul tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam
tiroglobulin. Jika Tiroid Stimulating Hormone (TSH) mengikat reseptor
sel folikel, maka tiroglobulin ini disintesis dan disekresi oleh
retikulum endoplasma dan kompleks golgi ke lumen folikel. Tiroglobulin
merupakan glikoprotein yang terbentuk dari 2 submit dan memiliki berat
molekul 660.000, mengandung karbohidrat 10% berat. Molekul ini juga
mengandung 123 residu tirosin yang merupakan substrat utama yang
berikatan dengan yodium untuk membentuk hormon tiroid, tetapi hanya 4-8
yang secara normal bergabung menjadi hormon tiroid. Tiroglobulin
dibentuk oleh sel-sel tiroid (sel kelenjar khas yang menyekresi protein)
dan dikeluarkan ke dalam koloid oleh eksositosis granula yang juga
mengandung peroksidase tiroid. Hormon ini tetap terikat pada
tiroglobulin sampai disekresikan.
Saat hormon tirosin akan
disekresikan, permukaan apikal sel tiroid dalam keadaan normal
mengeluarkan penonjolan seperti pseudopodi yang meliputi sebagian kecil
koloid untuk membentuk vesikel pinositik. Kemudian lisosom segera
bersatu dengan vesikel ini untuk membentuk vesikel digestif yang
mengandung enzim-enzim pencernaan dari lisosom yang bercampur dengan
koloid. Proteinase, yang merupakan salah satu enzim-enzim tersebut
mencernakan molekul tiroglobulin serta melepaskan tiroksin dan
triyodotironin, yang kemudian berdifusi melalui basis sel tiroid, ke
dalam kapiler yang terdapat disekitarnya. Jadi, hormon tiroid
dikeluarkan ke dalam darah. Distribusi dalam plasma terikat pada protein
plasma Protein bound iodine (PBI).
Sebagian besar PBI T4 dan
sebagian PBI T3 terikat pada protein jaringan yang bebas dalam keadaan
seimbang. Dengan demikian, sel-sel tiroid memiliki fungsi: mengumpulkan
dan memindahkan iodium; membentuk tiroglobulin dan mengeluarkannya ke
dalam koloid; dan mengeluarkan hormon tiroid dari tiroglobulin dan
mensekresikannya ke dalam sirkulasi. Setelah sintesis hormon tiroid
berlangsung, setiap molekul tiroglobulin mengandung 5 sampai 6 molekul
tiroksin, dan rata-rata satu molekul triyodotironin untuk setiap tiga
sampai empat molekul tiroglobulin - sekitar 18 molekul tirosin untuk
setiap satu molekul triyodotironin.
Tiroglobulin masuk ke dalam
darah serta koloid. Konsentrasi tiroglobulin serum normal pada manusia
adalah sekitar 6 ng/mL, dan kadar ini meningkat pada hipertiroidisme dan
beberapa bentuk kanker tiroid.
Metabolisme Iodium
Iodium
adalah bahan dasar yang penting untuk sintesis hormon tiroid. Iodium
yang tertelan bersama makanan dibawa aliran darah dalam bentuk ion
iodida (Iˉ), menuju kelenjar tiroid. Sel-sel folikular memisahkan iodida
dari darah dan mengubahnya menjadi molekul (unsur) iodium (iodium
teroksidasi), yang kemudian mampu berikatan langsung dengan asam amino
tirosin. Oksidasi yodium ini dipermudah oleh enzim peroksidase dan
hidrogen peroksida yang menyertai , yang bersama-sama menyelenggarakan
sistem yang kuat, yamg mampu mengoksidasi iodida. Peroksidase terletak
di dalam membrana apikal sel atau juga di dalam sitoplasma yang tepat
berdekatan dengan membrana ini, jadi memberikan yodium yang telah
dioksidasi pada titik yang tepat di dalam sel, di tempat mana molekul
tiroglobulin pertama keluar dari kompleks golgi.
Molekul iodium bereaksi dengan
tirosin dalam tiroglobulin untuk membentuk molekul monoiodotirosin dan
diiodotirosin. Dua molekul diiodotirosin membentuk T4 (tiroksin),
sedangkan satu molekul monoiiodotirosin dan satu molekul diiodotirosin
membentuk T3 (triiodotironin). Pengikatan yodium dengan molekul
tiroglobulin dinamai organifikasi tiroglobulin. Yodium yang telah
dioksidasi dalam bentuk molekul akan terikat langsung tetapi
perlahan-lahan dengan asam amino tirosin, tetapi bila yodium yang telah
teroksidasi disertai dengan sistem enzim peroksidase, maka proses ini
dapat terjadi dalam beberapa detik atau menit. Sehingga hampir sama
cepat seperti pelepasan molekul tiroglobulin dari alat Golgi atau
secepat ia disekresi melalui membrana sel apikal ke dalam folikel,
yodium terikat dengan sekitar seperenam sisa tirosin di dalam molekul
tiroglobulin.
Asupan iodium harian minimum
yang dapat mempertahankan fungsi tiroid normal adalah 150 µg pada orang
dewasa, tetapi di AS asupan makanan rata-rata adalah sekitar 500 µg/h.
Kadar I ˉ plasma normal adalah sekitar 0,3 µg/dL, dan I ˉ disebarkan
dalam suatu “ruang” sekitar 25L (35% berat tubuh).
Pengambilan Iodium
Kelenjar
tiroid mengkonsentratkan iodium dengan transpor aktif iodium dari
cairan ekstrasel ke sel kelenjar tiroid dan kemudian ke folikel.
Mekanisme transport sering disebut “iodide-trapping mechanism” atau
“pompa iodida”. Sel-sel tirod bermuatan 50 mV relatif negatif terhadap
daerah interstitium dan koloid; yaitu sel memiliki potensial membran
istirahat sebesar -50 mV. Iodida dipompa ke dalam sel pada dasarnya
melawan gradien listrik ini, lalu berdifusi mengikuti gradien listrik ke
dalam koloid. Mekanisme transpor aktif iodida dirangsang oleh TSH.
Mekanisme ini juga bergantung pada Na, K, ATPase.
Hubungan fungsi tiroid dan
iodida bersifat unik, karena iodida penting untuk fungsi tiroid normal,
tetapi baik defisiensi maupun kelebihan iodida menghambat fungsi tiroid.
Pada kelenjar normal, pompa iodida dapat memekatkan ion iodida sekitar
40 kali konsentrasi iodida dalam darah. Akan tetapi, bila kelenjar
tiroid menjadi aktif sepenuhnya, rasio konsentrasi dapat meningkat
sampai beberapa kali nilai ini.
Sintesis Hormon Tiroid
Di dalam kelenjar tiroid, iodide
mengalami oksidasi menjadi iodium dan dalam beberapa detik berikatan ke
posisi tiga molekul tirosin yang melakat ke tiroglobulin. Enzim yang
berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodide adalah tiroid peroksidase.
Monoiodotirosin (MIT) kemudian mengalami iodinasi di posisi 5 untuk
membentuk diidotirosin (DIT). Dua molekul DIT kemudian mengalami suatu
kondensasi oksidatif membentuk T4 dengan pengeluaran rantai sisi alanin
dari molekul yang membentuk cincin luar. Setelah sintesis hormone tiroid
berlangsung, setiap molekul tiroglobulin mengandung 5 sampai 6 molekul
tirosin, dan rata-rata satu molekul triodotironin untuk setiaap 3
sampai 4 molekul tiroglobulin, sekitar 18 molekul tiroksin untuk setiap
satu molekul triodotironin. Dalam bentuk ini hormone tiroid sering
disimpan dalam folikel selama beberapa bulan. Ternyata, jumlah total
yang disimpan cukup untuk mensuplai tubuh dengan kebutuhan normal akan
hormone tiroid selama 1 sampai 3 bulan. Oleh karena itu, walaupun
sintesis hormone tiroid berhenti seluruhnya, efek defisiensi mungkin
tidak ditemukan selama berbulan-bulan.
Transpor Hormon Tiroid
Kadar
T4 plasma total normal adalah sekitar 8 µg/dL (103 nmol/L), dan kadar
T3 plasma adalah sekitar 0,15 µg/dL (2,3nmol/L). sebagian besar keduanya
terikat pada protein plasma. Hormon tiroid bebas dalam plasma berada
Dallam keseimbangan hormone tiroid yang terikat pada protein plasma dan
jaringan. Hormone tiroid bebas ditambahkan pada cadangan sirkulasi oleh
kelenjar tiroid. Hormone tiroid bebas dalam plasma adalah yang secara
fisiologis aktif dan menghambat sekresi TSH oleh hipofisis. Fungsi
pengikatan protein adalah untuk mempertahankan cadangan hormone yang
siap dibebaskan dalam jumlah besar. Selain itu, paling tidak untuk T3,
pengikatan hormone mencegah pengambilan berlebihan oleh sel pertama yang
dijumpai dan meningkatkan distribusi jaringan yang merata.
Protein plasma yang mengikat
hormone tiroid adalah albumin dan globulin. Albumin memiliki kapaitas
terbesar untuk mengikat T4 , protein ini dapat mengikat T4 paling banyak
sebelum menjadi jenuh. Namun, afinitas (aviditas ikatan protein dengan
T4 pada keadaan fisiologis) protein terhadap T4 adalah sedemikian,
sehingga sebagian besar T4 dalam sirkulasi terikat pada globulin, dengan
lebih dari sepertiga tempat ikatan pada protein ditempati. T4 dalam
jumlah yang lebih kecil terikat pada albumin.
Secara normal 99,98% T4 dalam
plasma terikat , kadar T4 bebas hanya sekitar 2 ng/dL. Hanya terdapat
sedikit T4 dalam urin. T3 tidak terlalu terikat, dari 0,15 µg/dL yang
secarra normal terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam
keadaan bebas. Sisa 99,8% terikat pada protein, 46% pada globulin dan
sebagian besar sisanya pada albumin.
Bila terjadi peningkatan
konsentrasi protein pengikat tiroid dalam plasma yang mendadak dan
menetap, maka konsentrasi bebas menurun. Namun perubahan ini sementara
karena penurunan konsentrasi hormone tiroid bebas dalam sirkulasi akan
merangsan sekresi TSH, yang pada gilirannya akan menyebabkan peningkatan
pembentukan hormone tiroid bebas. Akhirnya akan tercapai keseimbangan
baru dimana kuantitas total hormone tiroid meningkat tetapi konsentrasi
hormone bebas, kecepatan metabolismenya keccepatan sekresi TSHnya
normal.
Metabolisme Hormon Tiroid
T4
dan T3 mengalami deiodinasi di hati, ginjal dan banyak jaringan lain.
Pada orang dewasa normal sepertiga T4 dalam darah secra normal diubah
menjadi T3 dan 45% diubah menjadi reverse triiodotironin ( RT3). Hanya
13% T3 dalam darah disekresi oleh kelenjar tiroid dan 87% dibentuk
melalui deiodinasi T4, demikian juga hanya 5% RT3 dalam darah disekresi
oleh kelenjar tiroid dan 95% dibentuk dari deiodinasi T4. Dua enzim yang
berbeda berperan disini, 5’deiodinase mengkatalis pembentukan T3 dan 5
deiodinase mengkatalis pembentukan T3 dan RT3 diubah menjadi berbagai
diiodotironin.
Di hati T4 dan T3 mengalami
konjugasi dan membentuk sulfat serta glukuronida. Konjugat-konjugat ini
masuk ke dalam empedu lalu ke usus. Konjugat tiroid mengalami hidrolisis
dan sebagian diserap kembali, tetapi sebagian diekskresi melalui tinja.
Selain itu, sebagian T4 dan T3 berpindah langsung dari sirkulasi ke
lumen usus.
Sekresi Hormon Tiroid
Sekresi hormone tiroid
terangsang oleh TSH, dan TSH sendiri sekresinya terangsang oleh TRH.
Hormone tiroid bebas menghambat sekresi TSH baik langsung maupun tidak
langsung. Sekresi TSH dapat dihambat oleh stress, kemungkinan melalui
penghambatan glukokortikoid paada sekresi TRH. Pada bayi sekresi TSH
naik akibat rangsangan dingin dan terhambat akibat rangsangan panas.
Sewaktu disekresi, koloid diambil oleh sel-sel tiroid, ikatan peptida
mengalami hidrolisis dengan bantuan enzim proteolitik, dan T3 serta T4
bebas dilepaskan ke dalam peredaran darah
Efek Hormon Tiroid
· Menaikkan aktivitas membran dalam ikatan ion-ion natrium kalium ATPase
· Menaikkan produksi panas
· Merangsang pemakaian oksigen (kalorigenesis)
· Merangsang sekresi Growth Hormone
· Memperkuat efek Growth Hormone
· Mempengaruhi sel-sel saraf dan perkembangan mental pada anak balita dan janin
· Membantu regulasi metabolisme lipid
· Menaikkan absorpsi dan neropinefrin
Fungsi Hormon Tiroid
1. Mempengaruhi pertumbuhan dan maturasi (pematangan) jaringan tubuh, serta penggunaan energy total
2. Mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan mempengaruhi beberapa reaksi metabolic dalam tubuh
3. Menambah sintesis Ribonukleat Acid (RNA) dan protein suatu aksi yang mendahului meningginya basal metabolism
4. Dalam konsentrasi tinggi, keseimbangan nitrogen negative dan sintesis protein berkurang
5. Menambah produksi panas dan menyimpan energy yang didapatkan pada konsentrasi hormone tiroid yang tinggi
6.
Absorpsi glukosa di intestinal bertambah lancar oleh hormon tiroid
sehingga memungkinkan factor toleransi glukosa yang abnormal sering
ditemukan pada hipertiroidisme
KELENJAR TIMUS
Kelenjar timus terletak dibagian
posterior toraks terhadap sternum dan melapisi bagian atas jantung,
berwarna kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus . Kelenjar timus dapat
dijumpai pada anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Pada bayi yang baru
lahir ukurannya sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram.
Kelenjar timus berkembang sampai
masa pubertas, dan setelah itu ia akan menyusut atau digantikan oleh
jaringan lemak . Kelenjar timus normalnya berfungsi secara efektif
sepanjang umur manusia, namun fungsinya menurun seiring usia. Akibatnya,
insiden penyakit autoimun dan pertumbuhan sel-sel ganas meningkat.
Tetapi sejumlah nukleoprotein (asam timonukleat) mengambil alih beberapa
fungsi timus. Selain itu kelenjar timus berinteraksi dengan gonad dalam
mempengaruhi pertumbuhan tubuh. Perkembangan seluruh sistem limfatik
diputuskan dan diatur oleh kelenjar timus. Kemudian kelenjar Timus
bersama-sama dengan sumsum tulang adalah organ imunitas yang utama.
Hormon yang dihasilkan kelenjar ini meliputi enam peptide yang secara
kolektif disebut dengan Timosin.
Kelenjar Timus penting
peranannya dalam sistem imun spesifik seluler, karena di dalam timus
terjadi diferensiasi dan proliferasi dari sel T atau limfosit T. Dengan
demikian involusi dari kelenjar timus akan menyebabkan penurunan dari
sel T, diantaranya adalah sel T CD4+ (sel T helper 1 [Th1] dan sel T
helper 2 [Th2]).
Kelejar timus melakukan pengolahan terhadap limfosit T
Limfosit-T
sering kali dinamakan sesuai dengan molekul pada permukaannya.
Limfosit-T CD4 adalah sel T dari sistem kekebalan yang mempunyai molekul
CD4 pada permukaannya sedangkan limfosit-T CD8 mempunyai molekul CD8.
Kedua sel ini memiliki reseptor pada permukaannya. Masing-masing
memiliki sekitar 10.000 atau lebih tiruan molekul reseptor antigen
tertentu pada permukaan selnya.
Perkembangan limfosit T dari sel
induk yang ada di sum-sum tulang belakang juga melalui kelenjar timus.
Sekitar 3% akan bermigrasi ke timus sebelum melanjutkan perjalanan ke
sirkulasi darah. Sisanya yang ada di kelenjar timus akan di didik untuk
mengenali antara antigen-antigen ‘diri’ (self) dan asing.
Subkelompok dari limfosit T akan
terus terbentuk melalui kontak dengan timosit (hormon timus), misalnya
sel-sel T-helper. Jika perlu (aksi defensif) produk ini akan memproduksi
imunoglobin yang spesifik melawan agen-agen asing.
Limfosit sel B tidak akan
sanggup mengubah diri mereka menjadi immunoglobulin yang memproduksi
sel-sel plasma jika tidak ada sel-sel T-helper atau faktor timus.
Sel-sel T-supresor memiliki efek penghambat pada limfosit-limfosit
sehingga tidak telalu banyak antibodi yang terbentuk.
Artinya tiap satu limfosit
membentuk reaktivitas yang spesifik untuk melawan antigen. Kemudian
limfosit berikutnya membentuk spesifitas melawan antigen yang lain. Hal
ini terus berlangsung sampai terdapat bermacam-macam limfosit timus
dengan reaktivitas spesifik untuk melawan jutaan antigen yang
berbeda-beda. Miliaran jenis sel terjadi karena miliaran variasi
reseptor sel T. Variasi ini terjadi ketika sel dibentuk (biasanya pada
permulaan kehidupan, di dalam rahim atau pada bayi). Sel T berawal
sebagai sel batang yang tidak berdiferensiasi dan mampu berkembang
dewasa menjadi bermacam-macam sel darah. Sel batang tertentu dirancang
oleh kelenjar timus untuk menjadi sel T, ketika hal itu terjadi, gen
tertentu dari sel tersebut akan bergabung secara acak, membentuk banyak
kombinasi yang berbeda. Berbagai tipe limfosit T yang ada di proses
tersebut sekarang meninggalakan timus dan menyebar keseluruh tubuh untuk
memenuhi jaringa limfoid disetiap tempat.
Fungsi Hormon Timosin
* Mengendalikan perkembangan sistem imun dependen timus dengan menstimulasi diferensiasi dan sel limfosit T
*
Timosin berperan dalam penyakit immunodefisiensi kongenital seperti α
gamma globulinemia , yaitu ketidakmampuan total untuk memproduksi
antibodi.
Fungsi kelenjar timuS
1. suatu sumber sel yang mempunyai kemampuan imunologis
2.
sumber hormone timik yang mempersiapkan proliferasi dan maturasi
sel-sel yang mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam banyak
jaringan lain
3. mengaktifkan
pertumbuhan badan sehingga pertumbuhan sangat meningkat pada masa bayi
sampai remaja dan setelah dewasa pertumbuhan akan berkurang
4. mengurangi aktivitas kelamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar