Rabu, 02 Desember 2015

DARAH

• KARAKTERISTIK DARAH
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuknya) tertahan dan berada dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dan lebih kental dari pada air yaitu memiliki berat jenis 1,041-1,067 dengan temperatur 380C dan PH 7,37-7,45. Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, tergantung pada kadar oksigen yang di bawa sel darah merah. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah pada tubuh orang dewasa sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau sekitar 4-5 liter. Jumlah darah tersebut pada setiap orang berbeda-beda. Tergantung kepada umur, ukuran tubuh, dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa pada tubuh.

• FUNGSI DARAH
1. Sebagai alat pengangkut yaitu :
a) Mengambil O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh
b) Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan di bagikan keseluruh jaringan tubuh
d) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit atau ginjal.

2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-zat anti racun.

3. Mengatur dan mengontrol temperature tubuh

4. Menutup luka.


• KOMPOSISI DARAH
1. Air : 91%
2. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen)
3. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium, dan zat besi)
4. Bahan organic :0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino)


• BAGIAN-BAGIAN DARAH
1. PLASMA DARAH
Plasma darah adalah komponen terbesar dalam darah. Fungsi plasma darah adalah Mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Dan menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibody.
Plasma darah terdiri dari :
• Air : 91%
• Protein plasma darah : 7%
• Komponen lainya
0,9%  Asam amino, lemak, glukosa, urea, garam,
0,1%  Hormon, antibody.


• Protein plasma
Mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapilar untuk mencapai sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama :
a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60%, tetapi ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.

b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma.
 Alfa dan beta globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormone, berbagai subtrat, dan zat penting lainnya.
 Gamma globulin (immunoglobulin) fungsi utama berperan sebagai antibody. 

c. Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma, disintesis di hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.


2. ERITROSIT atau SEL DARAH MERAH
Eritrosit atau sel darah merah merupakan jenis sel darah yang paling banyak sekitar 99% dari sel darah. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Di dalam sel darah merah mengandung sekitar 300 juta molekul haemoglobin. Warna merah dari sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan

fungsi sel darah merah atau eritrosit adalah:
a. Sel-sel darah merah mentransfer oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan hemoglobin terhadap oksigen.
b. mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru.
c. Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan PH darah karena ion bikarbonat dan haemoglobin merupakan buffer asam-basa.
d. Pengatur suhu tubuh

Jumlah sel darah :
a. Jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah4,2 sampai 5,2 juta sel per milimeter kubik (mm3).
b. Pada perempuan sehat rata-rata, jumlah sel darah merahnya antara 3,2 sampai 5,2 juta sel per mm3.

Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru.

Kadar normal hemoglobin
Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah.

Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur pasin :
 Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
 Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
 Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
 Anak anak : 11-13 gram/dl
 Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
 Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
 Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
 Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

3. LEUKOSIT atau SEL DARAH PUTIH
Leukosit atau sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih.

Leukosit berfungsi sebagai:
a. pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe;
b. sebagai pengangkut yaitu mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.
Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut.
Klasifikasi leukosit. Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah, yang di bedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang mempunyai granula sitoplasma disebut granulosit, dan sel yang tidak mempunyai granula disebut agranulosit.

A. Granulosit merupakan Sel yang mempunyai granula sitoplasma

B. Agranulosit merupakan sel yang tidak mempunyai granula didalamnya.
.


4. KEPING DARAH atau TROMBOSIT
Kepingan darah atau trombosit berjumlah 250.000 sampai 400.000 per mm3. Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nucleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus dalam sumsum tulang. Trombosit berfungsi dalam hemostasis (penghentian pendarahan) dan perbaikan pembuluh darah yang robek. Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan yang terus- menerus. 

Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. ketika kita luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase. Trombokinasi ini akan bertemu dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin di buat di dalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah.


Eritroposis
Pembentukan sel darah merah (eritroposis) adalah subyek pengaturan “feedback”. Eritroposis diatur oleh suatu hormone glikoprotein yang beredar yang dinamakan eritropoeitin yang dibentuk oleh kerja dari faktor ginjal pada globulin plasma. Hormone ini mempermudah diferensiasi sistem sel menjadi proeritroblast. Kerapuhan sel darah merah.

Faktor penghambat pembentukan eritroposis adalah kenaikan sel darah merah dalam sirkulasi yang mencapai nilai diatas normal sedangkan pembentukan eritroposis dirangsang oleh anemia, hipoksia, dan kenaikan jumlah sel darah merah yang beredar adalah gambaran yang menonjol dari aklimanisasi pada dataran tinggi.

Sel-sel darah merah, seperti sel-sel lainnya , mengkerut dalam larutan dengan tekanan osmotic yang lebih tinggi dari tekanan osmotik plasma. Pada larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah sel darah merah akan membengkak, menjadi cembung dan kemudian kehilangan hemoglobinnya (hemolisis). Haemoglobin eritrosit yang hemolisis larut dalam plasma, member warna merah pada plasma. Bila kerapuhan osmotiknya normal, sel darah merah mulai hemolisis bila dimasukkan dalam larutan NaCl 0,48% dan pada larutan NaCl 0,33% hemolisis adalah sempurna. Pada sferositosis herediterb(ikterus hemolitik congenital) sel-sel adalah sferositik dalam plasma normal dan lebih banyak terjadi hemolisis daripada sel-sel normal pada larutan natrium khlorida hipotonik (kerapuhan sel darah merah abnormal)

Sel darah merah juga dapat dilisiskan oleh obat-obatan dan infeksi. Mudahnya hemolisis sel darah merah terhadap zat-zat ini meningkat pada defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD) , yaitu enzim yang mengkatalisis langkah permulaan oksidasi glukosa melalui heksosa monofosfat shunt. Jalan ini menghasilkan NAPDH, yang diperlukan pada beberapa jalan untuk memperahankan kerapuhan sel darah merah. Defisiensi aktivasi G6DP congenital dalam sel darah merah disebabkan adanya variant-variant enzim sering terjadi. Sebenarnya defisiensi G6DP adalah abnormalitas enzim yang secara genetik paling sering ditemukan pada manusia. Lebih dari 80 variant genetik G6DP telah ditemukan, 40 diantaranya tidak menyebabkan penurunan aktivitas enzim yang banyak, tetapi lainnya menyebabkan penurunan aktivitas dan peningkatan sensitivitas terhadap zat-zat hemolitik dan anemia hemolitik. Defisiensi G6DP yang berat juga menghambat daya bunuh granulosit terhadap bakteri dan merupakan predisposial terhadap infeksi berat.

Sistem Imun
System imun adalah suatu system kompleks yang memberikan respon imun (humoral dan selular) untuk menghadapi agens asing spesifikasi seperti bakteri, virus, toksian atau zat lain yang oleh tubuh dianggap “bukan bagian diri.” Sedangkan, Imunitas adalah mekanisme /kemampuan tubuh menahan atau mengeliminasi benda asing /sel abnormal yang potensial berbahaya bagi tubuh

Fungsi:
1.Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit: menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur dan virus serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak (debris sel) untuk perbaiakan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.

• Aktifitas yang berkaitan dengan sistem pertahanan :
1. Pertahanan terhadap patogen penginvasi
2. Pengeluaran sel sel yang aus, debris jaringan
3. Identifikasi dan destruksi sel abnormal / mutan yang berasal dari tubuh sendiri surveilans imun
4. Respon imun yang tidak sesuai yang menimbulkan alergi
5. Penolakan sel sel jaringan asing  transplantasi organ

Sasaran utama sistem imun:
1. Bakteri
mikroorganisme sel tunggal, tidak berinti dan memiliki perangkat essensial untuk hidup dan berproduksi
2. Virus
DNA / RNA yang terbungkus selubung protein.

Leukosit terdiri dari :
1. Neutrofil
Sel fagositik yang dapat memakan dan menghancurkan bahan bahan yang tidak perlu
2. Eosinofil
Mengeluarkan zat zat kimiawi yang menghancurkan cacing parasit dan berperan dalam manifestasi alergi
3. Limfosit
a. Limfosit B
Berubah menjadi sel plasma yang mengeluarkan antibodi yang secara tidak langsung menyebabkan destruksi zat asing.
b. Limfosit T
Berperan dalam imunitas selular dengan destruksi langsung melalui cara nonfagosit
4. Monosit
Berubah menjadi makrofag. Semua leukosit berasal dari sumsum tulang kecuali limfosit
Limfosit : dari jaringan limfoid
Jaringan Limfoid mencakup :
Kel. Limfe, limpa, timus, tonsil, adenoid, apendiks, bercak peyer (GALT)
Respon Imun ::

• Respon Imun Non Spesifik
1. Peradangan : Cedera jaringan, yang berperan : fagositik, neutrofil dan makrofag
2. Interferon : protein yang menjaga tubuh dari Infeksi virus
3. Sel NK: Infeksi virus dan sel kanker
4. Sistem komplemen : Dapat diaktifkan oleh benda asing dan antibodi
• Respon Imun Spesifik
1. Imunitas yang diperantarai oleh AB turunan limfosit B
2. Imunitas yang diperantarai oleh sel limfosit T
• Antibodi mengidentifikasi zat asing dan meningkatkan aktivitas
berbagai sistem pertahanan melalui :
1. Pengaktifan sistem komplemen
2. Peningkatan fagositosis
3. Stimulasi sel pembunuh.

Tipe system imun
Tubuh mempunyai 2 sistem dasar pertahanan imun, yaitu humorol dan seluler. Keduanya bereaksi dengan antigen, biasanya protein yang asing bagi tubuh seperti, bakteri atau jaringan asing. Imunitas humoral adalah imunitas yang disebabkan antibodi yang beredar dalam fraksi gama-globulin protein plasma, merupakan pertahanan pertama terhadap infeksi bakteri. Imunitas seluler merupakan penyusun pertahanan utama terhadap infeksi yang disebabkan virus, jamur, dan beberapa bakteri seperti basil tuberculosis.
Perkembangan Sistem Imun
Selama perkembangan fetus, prekursor limfosit yang mendiami timus diubah oleh lingkungan dalam organ tersebut menjadi limfosit yang bertanggung jawab untuk imunitas seluler (limfosit –T).


Golongan darah Manusia

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibody yang terkandung dalam darahnya sebagai berikut :

• Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan
membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

• Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya
dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif.

• Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesame AB-positif.


• Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesame O-negatif.

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun dibeberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.

Rhesus
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 50% populasi dengan golongan darah B

Kecocokan Faktor
Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar