Rabu, 02 Desember 2015

REPRODUKSI PRIA 1

A. ORGAN REPRODUKSI PRIA
        Genitalis pada laki-laki tidak terpisah dengan saluran uretra, berjalan sejajar pada kelamin luar laki-laki. Alat kelamin laki-laki terbagi atas tiga bagian besar :
1. Kelenjar
2. Kelenjar Duktuli
3. Bangun Penyokong atau Penyambung

Ketiga bagian ini di bagi menjadi bagian-bagian pendukung didalamnya yaitu :
1. Kelenjar, yang termasuk kelenjar :
a. Testis
b. Vesika seminalis
c. Prostat
d. Bulbouretralis

2. Kelenjar Duktuli, yang termasuk Kelenjar Duktuli :
a. Epididimis
b. Duktus Deferens
c. Uretra

3. Bangun Penyambung atau Penyokong :
a. Skrotum
b. Fenikulus Spermatikus
c. Penis

B. ANATOMI ORGAN REPRODUKSI PRIA

a.Kelenjar
1. Testis
Organ kelamin laki-laki tempat spermatozoa dan horman laki-laki dibentuk.
Testis ini terletak menggantung pada urat-urat spermatik di dalam skrotum. Sepasang kelenjar yang masing-masing sebesar telur ayam tersimpan di dalam skrotum masing-masing di tunika albugenia testis. Dibelakang testis, selaput ini agak menebal sehingga membentuk suatu bagian yang disebut mediastinum testis.

Testis terdiri dari belahan-belahan yang disebut lobulus testis. Testis juga menghasilkan hormon testoteron dan bekerja sebagai kelenjar endokrin. Hormon testoteron berfungsi menentukan sifat-sifat kejantanan. Contohnya : tumbuhnya jenggot dan jakun, suara yang membesar serta bentuk badan yang besar dan kuat.

Fungsi testis terdiri dari :
a. Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, di lakukan di tubulus seminiferus.
b. Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstisial.

Kelenjar testis, bentuknya seperti telur, banyaknya dua buah menghasilkan sel mani atau sperma.
Dikirim melaluisaluran yang terdapat dibelakang buah pelir dan melewati sebelah dalam. Disebelah belakang saluran ini terdapat duktus deferens. Kelenjar testis menghasilkan hormon Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone ( LH ). Disamping itu testis dapat menghasilkan hormon testosteron. Hormon testosteron ini di sekresikan oleh testis, sebagian besar berkaitan dengan protein plasma. Beredar dalam darah 15-30 menit, kemudian disekresi.

Testosteron dihasilkan pada anak usian 11-14 tahun. Pembentukan ini meningkat dengan cepat pada permulaan pubertas berlangsung hampir seluruh kehidupan. Berkurang kecepatan produksi setelah umur 40 tahun. Pada umur 80 tahun menghasilkan testosteron lebih kurang 1/5 dari nilai puncak.
Testosteron meningkatkan kecepatan sekresinya oleh bebebrapa kelenjar utama pada kelenjar sebasea. Pada wajah menimbulkan jerawat gambaran yang paling sering pada pubertas.


2. Vesika seminalis
Kelenjar yang panjangnya 5 – 10 cm berupa kantong seperti huruf S berkelok-kelok sekretnya yang alkalis bersaman dengan cairan prostat merupakan bagian terbesar semen yang mengandung fruktosa yang merupakan sumber energi untuk spermatazoa, vesika seminalis bermuara pada duktus deferens pada bagian hampir masuk prostat, dindingnya tipis mengandung serabut otot dan mukosa terbagi ruang-ruang dan lekuk-lekuk dimana penanmpangnyamemperlihatkan gambaran jembatan membran mukosa.

Vesikula seminalis mempunyai saluran yang dinamai duktus vesikula seminalis. Duktus vesikula seminalis akan bergabung dengan duktus deferens.

Penggabungan dari kedua duktus ini membentuk duktus baru yang bernama duktus ejakulatoris, yang bermuara pada 2 buah kelenjar tubulo alveolar yang terletak di kanan dan kiridi belakang leher kandung kemih, sekret vesika seminalis merupakan komponen pokok dari air mani, fungsinya menghasilkan cairan yang disebut semen untuk cairan pelindung spermatozoa.


3. Prostat
Kelenjar yang terletak dibawah vesika urinaria melekat pada dinding bawah vesika urinaria disekitar uretra bagian atas.

Kelenjar prostat kira-kira sebesar buah kenari dan letaknya dibawah kandung kemih mengelilingi uretra dan terdiri dari kelenjar majemuk, saluran – saluran dan otot polos.

Prostat mengeluarkan sekret cairan yang bercampur sekret dari testis, perbesaran prostat akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin.

Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30 – 50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu :
a. Lobus posterior
b. Lobus lateral
c. Lobus anterior
d. Lobus media.

Fungsi kelenjar prostat, menambah cairan alkalis pada cairan seminalis berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang terdpat pada uretra dan vagina.

4. Bulbouretralis
Kelenjar bulbouretralis adalah sepasang kelenjar kecil yang terletak disepanjang uretra, dibawah prostat panjangnya 2 – 5 cm. Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa). Fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat.


b. Kelenjar Duktuli
1. Epididimis
Saluran halus yang panjangnya ±6 cm terletak di sepanjang atas tepi dan belakang dari testis.
Terdiri dari kepala / kaput yang terletak di atas kutup testis, badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan viseral, lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal.

Stuktur epididimis. Saluran ini dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli eferentis merupakan bagian dari kaput epididimis. Duktus eferentis panjangnya ±20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara ke duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens. Fungsinya sebagai saluran penghantar testis, mengatur sperma sebelum enjakulasi, dan memproduksi semen.

Semen, terdiri dari sekret epididimis vesika seminalis dan prostrat serta mengandung spermatozoa yang dikeluarkan setiap enjakulasi, spermatozoa bergerak dalam semen lingkungan cairan alkalis melindungi dari ke asaman.

2. Duktus Deferens

Kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudia duktus ini berjalan masuk ke rongga dalam perut terus ke kandung kemih di belakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan selanjutnya membentuk enjakulatorius, dan bermuara di prostat, panjang duktus deferens 5040 cm berjalan bersama pembuluh darah dan syaraf dalam fenikulus spermatikus melalui kanalis inguinalis memenjang pada bagian akhir berbentuk kumparan disebut amapula duktus deferentis, terletak dalam osteum vesika seminalis berlanjut sebagai duktus ejakulatorius yang menembus prostat.

Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).



3. Uretra
Saluran kemih pada pria yang sekaligus merupakan saluran enjakulasi (mani). Pengeluaran urin tidak bersamaan dengan enjakulasi karena diatur oleh kegiatan kontraksi prostat.

Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen.



c. Bangun penyambung atau penyokong
1. Skrotum
Kantong yang menggantung di dasar pelvis, dimana sepasang testis tersimpan didepan skrotum terletak penis, dibelakang skrotum terletak anus. Skrotum (kandung buah pelir), berupa kantung yang terdiri atas kulit tanpa lemak.
Subkutan berisi sedikit jaringan otot, testis (buah pelir) berada dalam pembungkus yang disebut tunika vaginalis yang dibentuk dari peritonium.

Skrotum merupakan kantung kulit banyak mengandung pigmen, sebelah dalamnya terdapat kantung yang dipisahkan satu sama lain oleh septum. Tiap kantung berisi testis epididimis funikulus spermatikus.

Lapisan dinding abdomen turut serta dalam pembentukan dan pembungkus testis, tiap lapisan testikuler berhubungan dan bergabung dengan lapisan dinding abdomen. Lapisan dalam (peritonium), tunika vaginalis testis mengelilingi skrotum. Lapisan tengah, otot dan fasia dinding abdomen, fasia spermatika interna dan fasia tranfersal dinding abdomen melapisi tunika vaginalis.

Obligues internus abdominalis yang menggantungkan testis, dapat mengangkat testis menurut kemauan dan reflek enjakulasi. Lapisan luar atau kulit skrotum merupakan lanjutan kulit abdomen yang berpigmen mengandung kelenjar sebasea.


2. Fenikulus Spermatikus
Bangun penyambung yang berisi duktus seminalis, pembuluh limfe, dan serabut-serabut syaraf.

3. Penis
Terletak menggantung di depan skrotum. Bagian ujung penis disebut glan penis. Bagian tengahnya disebut korpus penis dan pangkalnya disebut radik penis, glan penis tertutup oleh kulit korpus penis, kulit penutup ini disebut preputium. Penis terdiri atas jaringan seperti busa dan terletak memanjang, tempat muara uretra dari glan penis adalah prenulum atau kulup.

Penis merupakan alat yang mempunyai jaringan erektil yang satu sama lainnya dilapisi jaringan fibrosa ringan erektil ini terdiri dari rongga-rongga seperti ret busa.

Dengan adanya rangsangan seksual, karet busa ini akan dipenuhi darah sebagai vasopresi. Berdasarkan ini terjadilah ereksi penis. Ereksi penis dipengaruhi oleh otot :
a. Muskulus Iskia Kavernosus, muskulus erektor penis, otot-otot ini menyebabkan erektil (ketegangan) pada waktu koitus (persetubuhan).

b. Muskulus bulbo kavernosus, untuk mengeluarkan urin. Penis mempunyai 3 (tiga) buah korpus kavernosa (alat pengeras zakar) yaitu : dua buah korpus kavernosus uretra, terletak di sebelah punggung atas dari penis. Satu korpus kavernosus uretra, terletak di sebelah bawah dari penis yang merupakan saluran kemih.

Korpus kavernosus penis terdiri dari jaringan yang mengandung banyak sekali pembuluh darah. Pada waktu akan mengadakan hubungan kelamin (koitus), maka penis akan menjadi besar dan keras oleh karena korpus tersebut banyak mengandung darah, dengan jalan demikian maka spermatozoid dapat dihantarkan sampai pintu vagina.


C.HORMON PADA SISTEM REPRODUKSI PRIA

Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH (Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan.

• Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.

• LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.

• FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.

• Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.

• Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

D.SIKLUS ENJAKULASI

Sperma yang dihasilkan oleh testes akan keluar melalui saluran kelamin, yang terdiri atas :

a. Epididimis yaitu saluran yang keluar dari testis. Saluran ini panjang dan berkelok- kelok di dalam skrotum. Setiap testis mempunyai satu epididimis. Oleh sebab itu, epididimis manusia berjumlah sepasang kanan dan kiri. Di dalam epididimis ini sperma disimpan untuk sementara waktu, dan di sinilah sperma menjadi masak dan dapat bergerak menuju saluran berikutnya, yaitu vas deferens.

b. Vas Deferens merupakan saluran lanjutan dari epididimis. Kalau epididimis merupakan saluran yang berkelok- kelok maka vas deferens merupakan saluran lurus dan mengarah ke atas. Bagian ujungnya terdapat di dalam kelenjar prostat. Fungsi vas deferens ini adalah untuk jalanya (mengangkut) sperma dari epididimis menuju ke kantong sperma atau vesikula seminalis.

c. Saluran Ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantong semen dengan uretra. Saluran ini mempunyai keistimewaan, yaitu mampu menyemrotkan sperma tinggi masuk ke uretra dan selanjutnya keluar.

d. Uretra adalah saluran yang terdapat di dalam penis. Uretra merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi. Uretra terdapat di dalam penis. Saluran ini mempunyai dua fungsi, yaitu :
1. sebagai alat pengeluaran, yaitu saluran untuk membuang urine keluar tubuh
2. sebagai saluran kelamin, yaitu sebagai saluran semen dari kantong mani.



E. SEMEN PADA MANUSIA
Enjakulat dibagi tiga porsi berdasarkan urutan keluarnya, yaiutu :
a. sekret kelenjar Bulbouretra : ± 0,1 – 0,2 mL
b. sekret kelenjar Prostat : ± 0,5 mL merupakan 13 – 33 % dari volume semen, berwana jernih mempunyai pH basa.
c. sekret vesikula seminalis : ±2,0 – 2,5 mL merupakan 46 – 48 % dari volume semen, alkalis karena ada gula reduksi dan fruktosa.

Kriteria Semen Normal :
a. Volume 2 – 6 mL
b. Konsentrasi spermatozoa >20 juta/mL
c. Total spermatozoa >40 juta/enjakulat
d. Motilitas sperma > 50 %
e. Bentuk dari sperma yang normal > 30 %

Tata cara Pengumpulan Semen :
a. Pengeluaran dengan cara mastrubasi.
b. Harus abstinensia paling sedikit 48 jam, dan jangan lebih dari 7 hari.
c. Penampungan dengan botol bersih, dan sebaiknya enjakulasi dilakukan di laboratorium, jika dirumah diserahkan paling lama 1 jam setelah ejakulasi.

Perkembangan Sel Ovum (Oogenesis), Siklus Menstruasi, Kehamilan (Gestasi) dan Laktasi

A. Perkembangan Sel Ovum

OOGENESIS
   Oogenesis adalah proses pembentukan ovum. Diantara kelahiran dan masa pubertas, sel-sel telur dalam hal ini oosit membesar, dan folikel di sekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase I meiosis dan tidak berkembang lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh hormon FSH (Follicle stimulating hormone). 

Di dalam ovarium janin sudah terkandung sel pemula atau oogonium. Oogonium akan berkembang menjadi oosit primer. Saat bayi dilahirkan oosit primer dalam fase profase pada pembelahan meiosis. Oosit primer kemudian mengalami masa istirahat hingga masa pubertas. Pada masa pubertas terjadilah oogenesis. Oosit primer membelah secara meiosis, menghasilkan 2 sel yang berbeda ukurannya. Sel yang lebih kecil, yaitu badan polar pertama membelah lebih lambat, membentuk 2 badan polar. Sel yang lebih besar yaitu oosit sekunder, melakukan pembelahan meiosis kedua yang menghasilkan ovum tunggal dan badan polar kedua. Ovum berukuran lebih besar dari badan polar kedua.

Proses Oogenesis
1. Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.

2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.

3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.

4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi. Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya.



5. Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.

Pengaruh Hormon dalam Oogenesis
        Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH yang merangsang pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi oleh sel-sel folikel yang disebut Folikel Graaf, Folikel Graaf menghasilkan hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang kelenjar hipofisis untuk mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang terjadinya ovulasi. Selanjutnya folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi badan kuning atau korpus luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon progresteron yang berfungsi menghambat sekresi DSH dan LH. Kemudian korpus luteum mengecil dan hilang, sehingga tidak membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai terbentuk kembali, proses oogenesis mulai kembali.


B. Siklus Menstruasi
       Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus-menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.


      Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.

        Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.
         
          Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG). Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim. Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan terjadinya proses menstruasi berikutnya.

            Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.

              Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.

Siklus menstruasi
1. Fase Menstruasi
Yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar hormon seks. Hali ini secara bertahap terjadi pada hari ke-1 sampai 7.

2. Fase Praovulasi
Yaitu, masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari ke-7 samapai 13.

3. Fase ovulasi
Yaitu, keluarnya ovum matang dari ovarium atau yang biasa disebut masa subur. Bila siklusnya tepat waktu, maka akan terjadi pada hari ke-14 dari peristiwa menstruasi tersebut.

4. Fase Pascaovulasi
Yaitu, masa kemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormon seks dalam tubuh akan berulang dan terjadi fase menstruasi kembali.




C. Kehamilan

FERTILISASI
       Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel telur di tuba falopii. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/coitus), dengan ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani yang berisi sel–sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut ”masa subur” wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.

PROSES FERTILISASI
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba falopi. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontaksi miometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama. Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan umbai pada ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopii. Ovum yang dikelilingi oleh perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 5–10 μm, yang disebut zona pelusida. Sekali ovum sudah dikeluarkan, folikel akan mengempis dan berubah menjadi kuning, membentuk korpus luteum. Sekarang ovum siap dibuahi apabila sperma mencapainya.

Dari 60 – 100 juta sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada saat ovulasi, beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mukus serviks dan mencapai rongga uterus beberapa ratus sperma dapat melewati pintu masuk tuba falopii yang sempit dan beberapa diantaranya dapat bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopii. Hal ini disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi.

Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat – zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan korona radiata, trypsine – like agent dan lysine – zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya satu sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi, karena sperma tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali sebuah spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang sangat cepat. Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona pelusida (zone reaction) yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian, sangat jarang sekali terjadi penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.


Hasil utama pembuahan :
1. Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh haploid dari ayah dan dari ibu menjadi suatu bakal baru dengan jumlah kromosom diploid.
2. Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom X atau Y yang dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut.
3. Permulaan pembelahan dan stadium – stadium pembentukan dan perkembangan embrio (embriogenesis)



EMBRIOGENESIS

      Setelah melewati tahap fertilisasi maka akan dihasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote (zigot). Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel– sel yang dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya yang disebut blastomer. Sesudah 3 – 4 kali pembelahan : zigot memasuki tingkat 16 sel, disebut stadium morula (kira – kira pada hari ke 3 sampai ke 4 pasca fertilisasi). Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus-menerus. Morula terdiri dari inner cell mass (kumpulan sel – sel di sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi jaringan – jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass (lapisan sel di sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi trofoblast sampai plasenta).

       Kira – kira pada hari ke 5 sampai ke 6, di rongga sela – sela inner cell mass merembes cairan menembus zona pelusida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi, tetap berbatasan dengan lapisan sel luar. Pada stadium ini disebut embrioblas dan outer cell mass disebut trofoblas.



IMPLANTASI
      Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Pada akhir minggu pertama ( hari ke 5 sampai ke 7 ) zygot mencapai cavum uteri. Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel – sel trofoblast zigot tersebut akan menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus ( terjadi implantasi).


Setelah implantasi, sel– sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus berkembang membentuk jaringan bersama dengan sistempembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin. Di bawah ini terdapat gambar proses perkembangan dan perjalanan ovum dari ovarium sampai kavum uteri.

Keterangan :
A : Oosit tidak bersegmen
B : Fertilisasi
C : Terbentuk pro-nuklei
D : Pembelahan kumparan pertama
E : Stadium 2 sel
F : Stadium 4 sel
G : Stadium 8 sel
H : Morula
I & J : Pembentukan blastokista
K : Zona pelusida menghilang, implantasi terjadi



Organ pada Masa Kehamilan



• PLASENTA
Tali kehidupan yang menghubungkan ibu dengan janin adalah plasenta. Pada dasarnya plasenta adalah organ yang dipenuhi darah, satu sisi berhubungan dengan ibu dan sisi lainnnya dengan janin. Plasenta memberi jalan kepada oksigen dan nutrien dari ibu ke janin serta mengalirkan sisa pencernaan dari janin ke ibu untuk dibuang.

• TALI PUSAR
Plasenta terhubung dengan janin oleh tali pusar yang terdiri dari 3 pembuluh darah. Dua diantaranya berfungsi mengalirkan darah dari janin ke plasenta untuk dibersihkan; sedangkan pembuluh yang lainnya berfungsi membawa oksigen dan nutrien ke janin.

• AIR KETUBAN
Bagian vital dari sistem penunjang kehidupan janin adalah air ketuban. Cairan ini memudahkan janin bergerak bebas, membantu menjaga kestabilan suhu tubuh, melindungi janin sebagai bantalan, dan menampung zat-zat sekresi dalam urin janin. Selaput ketuban berasal dari amnion dan chorion laeve yang merupakan bagian dari trofoblas yang mengalami atrofi saat perkembangan blastosis. Rongga cairan amnion adalah kompartemen yang bersifat metabolik aktif dan terjadi perubahan volume cairan yang fluktuatif. Jumlah cairan amnion pada kehamilan 16 minggu kira – kira 250 ml dan 800 ml pada kehamilan 38 minggu dan setelah itu akan terus menurun sampai sekitar aterm.

• CHORION
Chorion adalah salah satu membran yang ada selama kehamilan antara pengembangan janin dan ibu. Hal ini dibentuk oleh mesoderm ekstraembrionik dan dua lapisan trofoblas dan sekitarnya embrio dan membran lainnya. The villi chorionic muncul dari korion, menyeran gendometrium , dan memungkinkan transfer nutrisi dari darah ibu ke darah janin. Chorion terdiri dari dua lapisan: yang luar dibentuk oleh primitif ektoderm atau trofoblas , dan batin dibentuk oleh somatik mesoderm , amnion yang bersentuhan dengan yang terakhir ini. Trofoblas ini terdiri dari lapisan internal atau prismatik sel kubus, yang sitotrofoblas atau lapisan Langhans, dan lapisan bagian luar dari bernukleus protoplasma kaya tanpa batas sel, sinsitiotrofoblas . Chorion yang mengalami proliferasi cepat dan berbagai bentuk proses , vili chorionic, yang menyerang dan menghancurkan desidua uterus dan pada saat yang sama menyerap dari itu bahan-bahan gizi untuk pertumbuhan embrio .
Vili chorionic berada di cabang kecil dan non-pembuluh darah, dan terdiri dari trofoblas saja, tetapi mereka meningkatkan ukuran dan bercabang-cabang, sedangkan mesoderm, tercatat pertama dari kapal pusar , tumbuh ke dalam mereka, dan, dengan cara ini, adalahvascularized .

Darah dibawa ke vili oleh pasangan arteri pusar , yang cabang ke arteri chorionic dan masukkan villi chorionic sebagai arteri kotiledon .Setelah beredar melalui kapiler vili, darah dikembalikan ke embrio oleh vena umbilikalis . Sampai sekitar akhir bulan kedua kehamilan , vili menutupi seluruh chorion, dan hampir seragam dalam ukuran, tetapi, setelah ini, mereka mengembangkan tidak merata.

PERKEMBANGAN JANIN

Proses kehamilan dibagi menjadi tiga fase sesuai dengan pertumbuhan fisik bayi. Masing-masing fase tersebut disebut trimester.

• Trimester Pertama (Minggu 0 – 12)
Dalam fase ini ada tiga periode penting pertumbuhan mulai dari periode germinal sampai periode terbentuknya fetus.
A. Periode Germinal (Minggu 0 – 3)
Proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir. Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium).

B. Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )
Proses dimana sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk seperti mata, mulut dan lidah mulai terbentuk, sedangkan hati mulai memproduksi sel darah. Janin mulai berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar

C. Periode Fetus (Minggu 9 – 12)
Periode dimana semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkaitan dan aktivitas otak sangat tinggi.



• Trimester kedua (Minggu 12 – 24)
Pada trimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan janin. Pada minggu ke-18 kita bisa melakukan pemeriksaan dengan ultrasongrafi (USG) untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar. Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20 – 21. Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup. Janin (fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.


• Trimester ketiga (24 -40)
Dalam trimester ini semua organ tubuh tumbuh dengan sempurna. Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi seperti menendang atau menonjok serta dia sudah memiliki periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun. Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.
Pada bulan ke-9 ini , janin mengambil posisi kepala di bawah dan siap untuk dilahirkan. Berat bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg dengan panjang 50 cm.

LAKTASI

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat 3 bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Korpus ( badan )
Korpus terdiri dari jaringan kelenjar payudara, saluran susu (duktus laktiferus), jaringan ikat, lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.

 Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
 Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).


Areola
Areola merupakan bagian yang lebih berpigmen di sekeliling puting.
 Kelenjar morgagni adalah kelenjar keringat besar yang salurannya bermuara pada areola. Kelenjar ini mengeluarkan cairan yang berfungsi melemaskan dan melindungi areola sewaktu menyusui.
 Selain itu pada areola juga terdapat otot polos dan ujung-ujung serabut saraf. Fungsi otot polos dalam puting dan areola adalah mengurangi permukaan areola, menonjolkan puting dan mengosongkan sinus laktiferus waktu menyusui.
 Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

Papilla

Puting mengandung ujung-ujung saraf perasa yang sensitif, dan otot polos yang akan berkontraksi bila ada rangsangan.

Tumbuh kembang payudara berawal saat memasuki akil balik dimana sistem hormonal wanita mulai berfungsi. Hormon estrogen mempengaruhi pertumbuhan sistem saluran, puting dan jaringan lemak. Sedangkan hormon progesteron berperan dalam tumbuh kembang kelenjar susu.

Selama masa kehamilan, payudara membesar akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat. Umumnya air susu belum diproduksi saat hamil. Segera setelah melahirkan kelenjar hipofisis mulai mengeluarkan hormon prolaktin yang bertanggung jawab atas produksi air susu pada kelenjar susu akibat adanya rangsang puting dari hisapan bayi. Sedangkan proses pengeluaran air susu dibantu oleh kontraksi otot disekitar puting dan areola yang dirangsang oleh hormon oksitosin (hormon yang utamanya bertanggung jawab dalam kontraksi rahim saat bersalin).

HORMON-HORMON YANG MEMPENGARUHI SEKRESI AIR SUSU

1. HORMON PROLAKTIN
Adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis bagian anterior (depan). Hormon ini ada pada laki2 dan perempuan. Prolaktin benyak terdapat pada ibu yang sedang menyusui, karena ia adalah hormon penting yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu, sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi. Hormone ini juga diproduksi oleh plasenta.

Fungsi hormon prolaktin yaitu :
1. Berperan dalam pembesaran alveoli dalm kehamilan
2. Mempengaruhi inisiasi kelenjar susu dan mempertahankan laktasi.
3. Menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI
4. Hormon ini juga mengatur metabolisme pada ibu, sehingga kebutuhan zat oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin.

 Kadar normal hormon prolaktin di dalam darah sekitar 5-10 ng/mL.
 Sekresi hormon prolaktin meningkat pada masa hamil, stres fisik dan mental, keadaan hipoglikemia.

Keluarnya hormon prolaktin, menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Ketika bayi menyusu, rangsangan sensorik itu dikirim ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja, memproduksi susu.

Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini, sudah tersedia dalam payudara, di Sinus Laktiferus.

2. HORMON OKSITOSIN
Adalah hormone yang dihasilkan kelenjar hipofisis bagian posterior (belakang).
 Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin.
 Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada Prolaktin.
 Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara.
 Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi.
Oksitosin berfungsi :
1. Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan.
2. Merangsang terjadinya kontraksi yang penting dalam proses pembukaan vagina sebelum melahirkan dan ketika proses melahirkan.
3. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.
4. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
5. Membantu mengembalikan uterus pada ukuran sebelumnya dan membantu menghentikan pendarahan pasca persalinan.

Proses :
Jadi, ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu {sacs} yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui pembuluh menuju Sinus Laktiferus, tempat penampungan. Produksi Hormon Oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari bayi. Hormon oksitosin juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi ketika ibu mendengar suara bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar.

CAIRAN TUBUH

   Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air. Namun bergantung kepada kandungan lemak & otot yang terdapat di dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih & terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan tubuh non atlet. Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5L cairan per harinya. Sekitar 1.5L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas=240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per- harinya.

A. FUNGSI DAN KOMPOSISI CAIRAN TUBUH MANUSIA

a. Pengertian Cairan Tubuh

    Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium) adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. 

    Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.


b. Komposisi dan Fungsi Cairan Tubuh
   Lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Garam mineral ketika berada dalam bentuk cairan sel, baik seluruhnya maupun sebagian berbentuk ion elektron, yaitu kation dan anion. Kation dibentuk oleh metal (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dll.), sedangkan anion dibentuk oleh residu asam (Cl-, HCO-3, SO2-4, H2PO-4). Ion amonium (NH+4) termasuk kation, sedangkan asam organik dan protein adalah anion.


 I. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan
1. Usia
Dengan bertambahnya usia, semua organ yang mengatur keseimbangan akan menurun fungsinya, hasilnya fungsi untuk mengatur keseimbangan juga menurun. Misalnya: gagal ginjal, gagal jantung, dll.

2. Temperatur Lingkungan
Lingkungan yang panas bisa menyebabkan kita berkeringat banyak sehingga cairan banyak keluar 

3. Diet
Diet tinggi natrium akan berfungsi meretensi urine, demikian juga sebaliknya. 

4. Obat-Obatan
Seperti steroid, diuretik. 

5. Stress
Mempengaruhi metabolisme sel, meningkatkan gula darah, meningkatkan osmotik dan ADH akan meningkatkan sehingga urine menurun 

6. Sakit
Seperti bahan bakar, dalam keadaan sakit jelas mengeluarkan air yang banyak, seperti gagal ginjal.

Prosentase jumlah cairan tubuh:
Perhatikan Uraian berikut ini :

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

II. Pengaturan keseimbangan cairan tubuh
Organ yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan meliputi:
• Ginjal
Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan:
- Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan eksresi selektif cairan tubuh.
- Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang dibutuhkan .
- Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen.
- Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.
Oleh karena itu gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan, karena ginjal tidak dapat berfungsi.

• Jantung dan pembuluh darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi ginjal dan karena itu mengganggu pengaturan air dan elektrolit.

• Paru-paru
Melalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari pada orang dewasa. Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yang terus-menerus akan memperbanyak kehilangan air; ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan kehilangan air ini.

• Kelenjar pituitary
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yaitu ADH yang disebut juga hormon penyimpan air, karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.

• Kelenjar adrenal
Aldosteron yang dihasilkan/disekresi oleh korteks adrenal (zona glomerolus). Peningkatan aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium sehingga air juga ditahan, kehilangan kalor. Sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan banyak keluar karena natrium hilang. Kortisol juga menyebabkan retensi natrium.

• Kelenjar paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid (PTH). Sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium dari usus dan reabsorbsi kalsium dari ginjal.

III. Fungsi cairan tubuh
Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Hampir semua reaksi di dalam tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang.

Fungsi cairan tubuh antara lain :
1- Mengatur suhu tubuh
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.

2- Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak dan jantung. 

3- Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan pernafasan. 

4- Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udara dari luar tubuh. 

5- Pencernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebih lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar.

6- Pernafasan
Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dalam bekerja memasukkan oksigen ke sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar tubuh. Hal ini dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan terlihat cairan berupa embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca.

7- Sendi dan otot
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan cukup selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.

8- Pemulihan penyakit
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.

c. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Cairan Tubuh

A.Kekurangan cairan tubuh
KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH
Cairan tubuh hilang melalui:
1. Urin – 50% dari kehilangan cairan
Normal: 50 ml/ kgBB/ 24 jam
2. Insensible Water Loss (50%)
- Respirasi (15%)
- Kulit (30%)
- Feses (5%)

Pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi pemasukkan cairan yang memadai dapat berakibat dehidrasi.Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh kehilangan cairan elektrolit yang sangat dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik.Saat dehidrasi, tubuh dengan terpaksa menyedot cairan baik dari darah maupun organ-organ tubuh lainnya.

• Gejala Dehidrasi
Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya :
1. Dehidrasi ringan
-Muka memerah
-Rasa sangat haus
-Kulit kering dan pecah-pecah
-Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
-Pusing dan lemah
-Kram otot terutama pada kaki dan tangan
-Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
-Sering mengantuk
-Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang

2. Dehidrasi sedang
-Tekanan darah menurun
-Pingsan
-Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
-Kejang
-Perut kembung
-Gagal jantung
-Ubun-ubun cekung
-Denyut nadi cepat dan lemah

3. Dehidrasi Berat
-Kesadaran berkurang
-Tidak buang air kecil
-Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
-Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
-Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
-Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.

Mengembalikan Cairan Tubuh Yang Hilang
Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum minimal 8 gelas (± 2 liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari :

- Air putih yang higienis/air mineral
Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti oksigen, magnesium, sulfur, dan klorida.

- Air berion
Air berion tidak hanya menghilangkan dahaga melainkan juga berfungsi sebagai sumber energi seperti halnya karbohidrat, lipid, dan protein. Air berion bekerja sebagai perantara dalam reaksi-reaksi biokimia dan berperan dalam proses metabolisme tubuh sehingga dapat mengembalikan kesegaran otot tubuh setelah beraktivitas mengeluarkan keringat dengan cepat.

- Jus buah
Selain rasanya nikmat dan segar, jus buah mengandung beragam vitamin dan mineral yang menyehatkan. Menurut penelitian, jus jambu biji mengandung vitamin C sebanyak 3-6 kali lebih tinggi dibandingkan jus jeruk, 10 kali lebih tinggi dibandingkan pepaya, dan 10-30 kali lebih tinggi dibanding pisang. Namun, atlet kurang disarankan meminum jus buah saat berolahraga karena cairan padatnya tidak mudah terserap tubuh.

B.kelebihan cairan tubuh
Kelebihan cairan tubuh akan disimpan didalam ginjal. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni(urine). Kelebihan cairan tubuh dapat kita alami saat udara sedang dingin atau saat kita tidak banyak melakukan aktivitas.

B. MEMAHAMI TEKANAN HIDROSTATIK DAN TEKANAN OSMOTIK

a. Pengertian tekanan hidrostatik dan osmotik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan terhadap dinding pembuluh darah dan gerakan masuknya kedalam kaplsula bowman,dimana kapsula bowman merupakan gerakan masuknya cairan sebagai filtrasi glomerulus. Sedangkan tekanan osmotik adalah tekanan dari filtrasi kapsula bowman yang dikeluarkan oleh air atau pelarut lainnya pada membrane semipermiabel sebagai usaha untuk menembus membran masuk kedalam area yang lebih banyak mengandung molekul yang tidak dapat melewati membran (protein,lemak,dll).

Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.

Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.
Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.

KARDIOVASKULER

A. Fungsi Jantung

Fungsi jantung adalah sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah untuk menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke jaringan.Jantung memiliki empat ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Jantung memiliki empat katup yaitu, Katup Atrioventrikuler (katup trikuspidalis dan mitral) yang berfungsi mencegah pengaliran balik darah dari ventrikel ke atrium selama sistole atau kotraksi dan katup seminularis (katup aorta dan pulmonal) yang berfungsi mencegah aliran balik dari aorta dan arteria pulmonalis ke dalam ventrikel selama diastolik.

B. Siklus Jantung
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastole (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastole yang terpisah. Selama diastole ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan distol. Karena aliran darah masuk secara kontinu dari system vena ke dalam atrium, tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini, katup AV terbuka, dan darah mengalir mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel selama diastole ventrikel. Akibatnya, volume ventrikel perlaha-lahan meningkat bahkan sebelum atrium berkontraksi. Pada akhir diastol ventrikel, nodus SA mencapai ambang dan membentuk potensial aksi. Impuls menyebar keseluruh atrium. Depolarisasi atrium menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih banyak darah ke dalam ventrikel, sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan atrium. Peningkatan tekanna ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan dengan peningkatan tekanan atrium disebabkan oleh penambahan volume darah ke ventrikel oleh kontraksi atrium. Selam kontraksi atrium, tekanan atrium tetap sedikit lebih tinggi daripada tekanan ventrikel, sehingga katup AV tetap terbuka.

Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel. Pada saat ini, kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel pada akhir diastol dikenal sebagai volume diastolik akhir(end diastilic volume,EDV), yang besarnya sekitar 135 ml. Selama siklus ini tidak ada lagi darah yang ditambahkan ke ventrikel. 

Dengan demikian, volume diastolik akhir adalah jumlah darah maksimum yang akan dikandung ventrikel selama siklus ini.

Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui nodus AV dan sistem penghantar khusus untuk merangsang ventrikel. Secara simultan, terjadi kontraksi atrium. Pada saat pengaktifan ventrikel terjadi, kontraksi atrium telah selesai. Ketika kontraksi ventrikel dimulai, tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium. Perbedaan yang terbalik ini mendorong katup AV ini menutup.

Setelah tekanan ventrikel melebihi tekanan atrium dan katup AV telah tertutup,tekanan ventrikel harus terus meningkat sebelum tekanan tersebut dapat melebihi tekanan aorta. Dengan demikian, terdapat periode waktu singkat antara penutupan katup AV dan pembukakan katup aorta pada saat ventrikel menjadi bilik tetutup. Karena semua katup tertutup, tidak ada darah yang masuk atau keluar ventrikel selama waktu ini. Interval waktu ini disebut sebagai kontraksi ventrikel isovolumetrik (isovolumetric berarti volume dan panjang konstan). Karena tidak ada darah yang masuk atau keluar ventrikel, volume bilik ventrikel tetap dan panjang serat-serat otot juga tetap. Selama periode kontraksi ventrikel isovolumetrik, tekanan ventrikel terus meningkat karena volume tetap.

Pada saat tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta, katup aorta dipaksa membuka dan darah mulai menyemprot. Kurva tekanan aorta meningkat ketiak darah dipaksa berpindah dari ventrikel ke dalam aorta lebih cepat daripada darah mengalir pembuluh-pembuluh yang lebih kecil. Volume ventrikel berkurangs secara drastis sewaktu darah dengan cepat dipompa keluar. Sistol ventrikel mencakup periode kontraksi isovolumetrik dan fase ejeksi (penyemprotan) ventrikel.

Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna selama penyemprotan. Dallam keadaan normal hanya sekitar separuh dari jumlah darah yang terkandung di dalam ventrikell pada akhir diastol dipompa keluar selama sistol. Jumlah darah yang tersisa di ventrikel pada akhir sistol ketika fase ejeksi usai disebut volume sistolik akhir (end sistolik volume,ESV), yang jumlah besarnya sekitar 65 ml. Ini adalah jumlah darah paling sedikit yang terdapat di dalam ventrikel selama siklus ini.

Jumlah darah yang dipompa keluar dari setiap ventrikel pada setiap kontraksi dikenal sebagai volume /isi sekuncup (stroke volume,SV); SV setara dengan vvolume diastolik akhir dikurangi volume sistolik akhir; dengan kata lain perbedaan antara volume darah di ventrikel sebelum kontraksi dan setelah kontraksi adalah jumlah darah yang disemprotkan selama kontraksi.

Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi, tekanan ventrikel turun dibawah tekanan aorta dan katup aorta menutup. Penutupan katup aorta menimbulkan gangguan atau takik pada kurva tekanan aorta yang dikenal sebagai takik dikrotik (dikrotik notch). Tidak ada lagi darah yang keluar dari ventrikel selama siklus ini karena katup aorta telah tertutup. Namun katup AV belum terbuka karena tekanan ventrikel masih lebih tinggi dari daripada tekanan atrium. Dengan demikian semua katup sekali lagi tertutup dalam waktu singkat yang disebut relaksasi ventrikel isovolumetrik. Panjang serat otot dan volume bilik tidak berubah. Tidak ada darah yang masuk atau keluar seiring dengan relaksasi ventrikel dan tekanan terus turun. Ketika tekanan ventrikel turun dibawah tekanan atrium, katup AV membuka dan pengisian ventrikel terjadi kembali. Diastol ventrikel mencakup periode ralaksasi isovolumetrik dan fase pengisian ventrikel.

Repolarisasi atrium dan depolarisasi ventrikel terjadi secara bersamaan, sehingga atrium berada dalam diastol sepanjang sistol ventrikel. Darah terus mengalir dari vena pulmonalis ke dalam atrium kiri. Karena darah yeng masuk ini terkumpul dalam atrium, tekanan atrium terus meningkat. Ketika katup AV terbuka pada akhir sisitl ventrikel, darah yang terkumpul di atrium selama sistol ventrikel dengan cepat mengalir ke ventrikel. Dengan demikian, mula-mula pengisian ventrikel berlangsung cepat karena peningkatan tekanan atrium akibat penimbunan darah di atrium. Kemudian pengisian ventrikel melambat karena darah yang tertimbun tersebut telah disalurkan ke ventrikel, dan tekanan atrium mulai turun. Selama periode penurunan pengisian ini, darah terus mengalir dari vena-vena pulmonalis ke dalam atrium kiri dan melalui katup AV yang terbuka ke dalam ventrikel kiri. Selama diastol ventrikel tahap akhir, sewaktu pengisian ventrikel berlangsung lambat, nodus SA kembali mengeluarkan potensial aksi dan siklus jantung dimulai kembali.

C. Bunyi Jantung
Dgn stetoskop kita dapat mendengar bunyi jantung normal,yg biasanya dideskripsikan sebagai ‘lub,dub,lub,dub..’ Bunyi ‘lub’ dikaitkan dgn penutupan katup atrioventrikular (A-V) pd permulaan sistol,dan bunyi ‘dub’ dikaitkan dgn penutupan katup semilunaris (aorta dan pulmonaris) pd akhir sistol. Bunyi ‘lub’ disebut bunyi jantung pertama dan ‘dub’ sebagai bunyi jantung kedua,karena siklus normal jantung dianggap dimulai pd permulaan sistol ketika katup A-V menutup.

Penyebab bunyi jantung ialah getaran pd katup yg tegang segera setelah penutupan bersama dgn getaran darah yg berdekatan,dinding jantung,dan pembuluh2 utama sekitar jantung. Jadi,dalam mencetuskan bunyi jantung pertama,kontraksi ventrikel menyebabkan aliran balik darah secara tiba2 yg mengenai katup A-V (katup mitral dan katup trikuspidal),sehingga katup ini mencembung ank e atrium sampai korda tendinea secara tiba2 menghentikan pencembungan ini. Elastisitas katup yg tegang kemudian akan mendorong darah kembali ke ventrikel2 yg bersangkutan. Peristiwa ini menyebabkan darah dan dinding ventrikel serta katup yg tegang bergetar dan terjadi turbulensi getaran dalam darah. Getaran kemudian merambat melalui jaringan didekatnya ke dinding dada,sehingga dapat terdengar sebagai bunyi melalui stetoskop.

Bunyi jantung kedua ditimbulkan oleh penutupan katup semilunaris yg berlangsung tiba2. Ketika katup semilunaris menutup,katup ini menonjol ke arah ventrikel dan regang elastis katup akan melentingkan darah kembali ke arteri,yg menyebabkan pantulan yg membolakbalikkan darah antara dinding arteri dan katup semilunaris serta antara katup dan dinding ventrikel. Getaran yg terjadi di dinding arteri kemudian dihantarkan di sepanjang arteri. Bila getaran dari pembuluh atau ventrikel mengenai ’dinding suara’ misalnya dinding dada,getaran ini menimbulkan suara yg dapat didengar.

Lama dari setiap bunyi jantung sedikit lebih dari 0,1 detik,bunyi pertama kira-kira 0,14 detik dan kedua kira-kira 0,11 detik. Penyebab dari lebih singkatnya bunyi kedua adalah katup semilunaris yg lebih tegang daripada katup A-V,sehingga katup-katup ini bergetar selama masa waktu yg lebih pendek daripada katup A-V. Kisaran frekuensi yg dapat didengar (tinggi nada) pd bunyi jantung pertama dan kedua,dimulai pd frekuensi yg paling rendah yg dapat dideteksi oleh telinga dan terus naik sampai sekitar 500 siklus/detik. Bila digunakan alat elektronik khusus utk merekam suara,sejauh ini bagian terbesar dari suara yg dapat terekam adalah pd frekuensi di bawah kisaran suara yg dapat didengar,terus terus sampai 4 bahkan 3 siklus/detik dan memuncak pd sekitar 20 siklus/detik. Untuk alasan ini,beberapa bunyi jantung dapat direkam secara elektronik bila tidak dapat didengar dgn stetoskop.
Bunyi jantung kedua secara normal memiliki frekuensi lebih tinggi daripada bunyi jantung pertama karena :
1. Ketegangan katup semilunaris jauh lebih besar daripada katup A-V.
2. Koefisien elastisitas arteri lebih besar sehingga ruang2 utama jantung bergetar selama bunyi kedua bila dibandingkan dgn ruang ventrikel yg jauh lebih longgar saat menimbulkan sistem getaran pd bunyi jantung pertama.

D. Sistem Peredaran Darah

Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah yang dialirkan dari ank e seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir melewati jantung sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai peredaran darah ganda yang terdiri dari

a. Peredaran Darah Besar (Sirkulasi Sistemik)
Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta,yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri lebih kecil yang menghantarkan darah ke berbagai bagian tubuh. Arteri –arteri ini bercabang dan beranting lebih kecil lagi hingga sampai pada arteriola. Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dan dengan jalan mengubah-ubah ukuran saluran mengatur aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat tipis sehingga dapat berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstisiil. Kemudian kepiler-kapiler ini bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang disebut venula, yang kemudian juga bersatu menjadi vena, untuk menghantarkan darah kembali ke jantung. Semua vena bersatu dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena kava inferior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah, dan vena kava superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan jantung.

b. Peredaran Darah Kecil (Sirkulasi Pulmonal)
Darah dari vena kemudian masuk ke dalam ventrikel kanan yang berkontraksi dan mempompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri ini bercabang dua untuk mengantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar memasuki pembuluh pembuluh darah mengaliri paru-paru. Di dalam paru-paru setiap arteri membelah menjadi arteriola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di dalam jaringan paru-paru untuk memungut oksigen dan melepaskan karbon dioksida.
Kemudian kapiler pulmonal bergabung menjadi vena dan darah dikembalikan ke jantung oleh empat vena pulmonalis. Dan darahnya dituangkan ke dalam atrium kiri. Darah ini kemudian mengalir masuk ke dalam venikel kiri. Ventrikel ini berkontraksi dan darah di pompa masuk ke dalam aorta.

c. Sistem Portal
Darah dari lambung, usus, pankreas, dan limpa dikumpulkan vena porta (pembuluh gerbang). Di dalam hati vena ini membelah diri ke dalam sistem kapiler kemudian bersatu dengan kapiler-kapiler arteria hepatika. Arteri ini menghantaran darah dari aorta ke hati dan menjelajahi seluruh organ ini. Persediaan darah ganda ini dikumpulkan sebuah sistem vena yang bersatu membentuk vena hepatika. Vena ini menghantarkan darahnya ke vena kava inferior kemudian ke jantung. Bendungan (obstruksi) portal dapat terjadi bila satu atau beberapa cabang vena portal terbendung, misalnya karena ada cedera parah pada hati atau dalam beberapa keadaan pada peradangan hepar.

E. Denyut Jantung
Denyut jantung disebut juga denyut arteri, yaitu suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di tempat arteri melintas sebuah tulang yang terletak dekat permukaan, misalnya :

• Arteri Radialis di sebelah depan pergelangan tangan

• Arteri Temporalis di atas tulang temporal

• Arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki



F. Ion Essensial yang Mempengaruhi Kerja Jantung (Na, K, Ca)
a. Pengaruh Ion Kalium (K)
Kelebihan Kalium dalam cairan ekstrasel menyebabkan jantung menjadi sangat dilatasi dan lemas serta frekuensi jantung lambat.Kalium dalam jumlah yang sangat besar juga dapat menghambat hantaran impuls jantung dari atrium ke ventrikel melalui berkas A-V. Peningkatan konsentrasi kalium hanya 8-12 mEq/1liter – 2 sampai 3 kali normal biasanya akan menyebabkan kelemahan jantung sedemikian rupa sehingga akan menyebabkan kematian.Semua pengaruh kelebihan kalium ini disebabkan oleh pengurangan negativitas potensial membran istirahat akibat konsentrasi kalium yang tinggi dalam ekstrasel. Waktu potensial membran menurun, intensitas potensial aksi juga berkurang, yang membuat kontraksi jantung secara progresif makin lemah, karena kekuatan potensial aksi sangat menentukan kekuatan kontraksi.

b. Pengaruh Ion Kalsium (Ca)
Kelebihan ion kalsium menyebabkan efek yang hampir berlawanan dengan efek ion kalium, menyebabkan jantung berkontraksi spastik. Hal ini disebabkan oleh efek langsung ion kalsium untuk merangsang proses kontraksi.Sebaliknya, defisiensi ion kalsium menyebabkan jantung lemas.Perubahan ion kalsium selama kehidupan jarang cukup banyak untuk mengubah fungsi jantung, pengurangan konsentrasi ion kalsium yang besar biasanya akan mematikan orang, karena tetani yang timbul sebelumnya akan mempengaruhi jantung dengan bermakna, dan peningakatan konsentrasi ion kalsium sampai tingkat yang akan mempengaruhi jantung dengan bermakna hampir tidak pernah terjadi karena ion kalsium diendapkan dalam tulang atau kadang-kadang di smbarang tempat dalam jaringan tubuh sebagai garam kalsium yang tidak larut sebelum tingkat tesebut dicapai.

c. Pengaruh Ion Natrium (Na)
Kelebihan ion natrium menekan fungsi jantung, suatu efek yang sama seperti ion kalium,tetapi dengan alasan yang berbeda sama sekali. Ion natrium bersaing dengan ion kalsium pada beberapa tempat yang tidak diketahui pada proses kontraksi otot sedemikian rupa sehingga makin besar konsentrasi ion natrium dalam cairan ekstrasel makin kurang efektivitas ion kalsium menyebabkan kontraksi bila terdapat potensil aksi. Akan tetapi, dipandang dari segi praktisnya, konsentrasi ion natrium dalam cairan ekstrasel mungkin tidak pernah cukup tinggi meskipun dalam keadaan patologis yang berat, untuk menyebabkan perubahan kekuatan otot jantung yang bermakna.Akan tetapi, konsentrasi natrium yang sangat rendah, seperti yang terdapat pada introksikasi air, sering menyebabkan kematian karena fibrilasi jantung.

G. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya.Selama sistole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai ke puncak, yang di sebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan turun. Nilai terendah yang di capai disebut tekanan diastolik.

Tekanan darah sistolik dihasilkan otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah teregang. Selama diastole arteri masih tetap menggembung karena tahanan periferi arteriol-arteriol menghalangi semua darah mengalir ke dalam jaringan. Demikianlah maka tekanan darah sebagian tergantung pada kekuatan dan volume darah yang di pompa jantung, sebagian lagi kontraksi otot dalam dinding arteriol. Kontraksi ini dipertahankan saraf vasokontor, dan ini di kendalikan pusat vasomotorik dalam medula oblongata.

Pusat vasomotorik mengatur tahanan periferi untuk mempertahankan agar tekanan darahrelatif konstan. Tekanan darah mengalami sedikit perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan gerakan fisiologik, seperti sewaktu latihan jasmani, waktu adanya perubahan mental karena kecemasan dan emosi, sewaktu tidur, dan sewaktu makan. Karena itu sebaiknya tekanan darah di ukur selalu sewaktu orangnya tenang, istirahat, dan sebaiknya dalam sikap rebahan.